Sunday, August 5, 2012

Sebuah Tangga ~ 1


Mulanya aku tak percaya bahwa di situlah Aku meninggalkan sebuah kesan, sebuah bekas yang masih bisa kuraba dengan perasaanku. Sebuah tangga itu mewakili inspirasiku setiap aku mengingatnya. Tangga yang usang bahkan sering terlupakan oleh waktu karena keberadaanya yang terbelakang, gelap, lesu, dan segala fakta miring yang merangkulnya setiap saat. Tapi tidak berarti apa-apa ketika orang lain menganggapnya sebelah mata tidak seperti kami-termasuk aku-yang merasakan betapa berartinya tempat itu. Pernah suatu hari, ketika aku berangkat pagi, aku melihat temanku-lebih tepatnya teman tak akrab karena waktu itu memang kami belum saling kenal- sedang berduaan dengan murid yang aku kenal dia itu kakak kelasku. Sebut saja temanku itu si R dan yang satunya –aku agak lupa- si H. Keduanya sungguh aneh begitu awal mereka berangkat hanya untuk bertemu di sana.

 Tapi ternyata tidak cuma pagi hari itu, siangnya bahkan hari-hari berikutnya juga sama-selalu begitu-. Mungkin mereka juga merasakan sensasi berbeda di tangga itu. Kembali ke si Tangga, waktu aku kelas 8, Tangga itu adalah tangga paling dekat dengan kelasku-8F- tetapi juga tangga terjauh dari muka sekolah. Tangga itu adalah tangga yang paling berbeda diantara 3 tangga yang ada di sekolahku (Mungkin sekarang sudah 4 atau 5 atau bahkan lebih dari tujuh). Pegangannya Cuma terbuat dari besi seperti pipa yang sudah sangat tua, dan hanya satu arah-maksudnya tidak berbelok seperti tangga-tangga yang lain-. Ini menjadi tangga favoritku, meskipun sering aku lewat tangga lain supaya bisa liat-liat atau ketemu sama temen-temen dari kelas lain, tapi tetap saja berbeda rasanya. Banyak murid yang sengaja mencorat-coret dinding di ujung tangga itu, ada yang nulis salam, ungkapan cinta, kangen, rindu, malah bahkan kata-kata yang tidak berharga sama sekali ditulis disitu. Yang paling menarik perhatianku yaitu tulisan salam dari murid ke murid yang lain. Pernah suatu ketika aku iseng membacanya. Di situ tertulis lam to Yudhit____. Aku terus membacanya. Ternyata tidak hanya satu, tapi lebih, bisa dibilang banyak. Aku terkagum-kagum melihatnya, karena namanya mirip denganku-tapi tetep beda-. Sayangnya, mungkin itu tulisan kakak-kakak kelasku yang mungkin sudah lulus waktu itu. Jadi, aku nggak bisa mencarinya atau minimal tahu seperti apa si orangnya, Siapa tahu bisa kasih inspirasi. Heheheyyy.. Tapi aku kadang iseng, membayangkan huruf t itu hilang, waw, betapa beruntungya aku ini Tuhan... (to be Continue)

No comments:

Post a Comment