Dan
keisenganku waktu itu berlanjut. Dalam pemikiranku yang sempit, Aku sering
membayangkan kejadian-kejadian aneh di situ. Mulai dari kejadian yang membuatku
tertawa sampai kejadian yang tak sedikit menguras air mata. Pernah suatu ketika
kelasku kedatangan murid baru dari Sumatera (aku lupa asal tepatnya). Setiap
Dia turun ke lantai satu, aku selalu mendahuluinya sekitar 5 langkah di
depannya, setelah sampai di bawah aku langsung berbalik dan memberi senyum dan
memberinya jalan.
Sungguh sangat aneh aku waktu itu. Tapi itulah mengapa sebuah
tangga yang kusam itu sangat berarti waktu itu -lebih tepatnya- pernah menjadi
berarti buatku. Di samping kejadian itu, Aku punya keanehan lain kalau melewati
tangga itu. Dulu Aku sering menonton televisi, Aku memperhatikan bagaimana
tokoh dalam televisi itu naik turun tangga. Persisnya aku lebih memperhatikan
caranya turun. Cara turun yang begitu cepat seakan-akan dia sedang menari di
situ atau malah aku membayangkan kakinya itu seperti jari Erwin Gutawa menekan
tuts Pianonya menginspirasiku. Begitu rapi tapi gerakannya cepat. Oh ya. Aku
ingat sesuatu, waktu aku masih kecil sekitar umur 4 tahun. Aku ikut ibuku yang
menghadiri perayaan Hari raya Idul Fithri di pondok di desa Kelapa Gading. Saat
itu aku terlepas dari penjagaan ibuku dan bermain bersama teman-temanku. Bahkan
aku juga terlepas dari teman-temanku. Bersambung... Insya Allah...Sunday, August 5, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment