Sunday, August 5, 2012

Sebuah Tangga 2


                Dan keisenganku waktu itu berlanjut. Dalam pemikiranku yang sempit, Aku sering membayangkan kejadian-kejadian aneh di situ. Mulai dari kejadian yang membuatku tertawa sampai kejadian yang tak sedikit menguras air mata. Pernah suatu ketika kelasku kedatangan murid baru dari Sumatera (aku lupa asal tepatnya). Setiap Dia turun ke lantai satu, aku selalu mendahuluinya sekitar 5 langkah di depannya, setelah sampai di bawah aku langsung berbalik dan memberi senyum dan memberinya jalan.
Sungguh sangat aneh aku waktu itu. Tapi itulah mengapa sebuah tangga yang kusam itu sangat berarti waktu itu -lebih tepatnya- pernah menjadi berarti buatku. Di samping kejadian itu, Aku punya keanehan lain kalau melewati tangga itu. Dulu Aku sering menonton televisi, Aku memperhatikan bagaimana tokoh dalam televisi itu naik turun tangga. Persisnya aku lebih memperhatikan caranya turun. Cara turun yang begitu cepat seakan-akan dia sedang menari di situ atau malah aku membayangkan kakinya itu seperti jari Erwin Gutawa menekan tuts Pianonya menginspirasiku. Begitu rapi tapi gerakannya cepat. Oh ya. Aku ingat sesuatu, waktu aku masih kecil sekitar umur 4 tahun. Aku ikut ibuku yang menghadiri perayaan Hari raya Idul Fithri di pondok di desa Kelapa Gading. Saat itu aku terlepas dari penjagaan ibuku dan bermain bersama teman-temanku. Bahkan aku juga terlepas dari teman-temanku. Bersambung... Insya Allah...

No comments:

Post a Comment